Renungan Harian 3 Februari 2022

 BACAAN:

- 1 Raja-Raja 2:1-4, 10-12 Aku akan mengakhiri perjalananku yang fana ini. Kuatkanlah hatimu dan berlakulah ksatria.

- Markus 6:7-13 Yesus mengutus murid-muridnya.


Audio


TEMA:  Berlakulah KSATRIA


Banyak  cerita/kisah tentang ksatria. Anak-anak sering menyebut mereka sebagai superhero, pahlawan yang hebat. Mereka menjadi penolong masyarakat dalam perlakuan kekerasan dari pihak-pihak/kelompok/geng/gerombolan lain yang sengaja mengganggu ketenteraman. Mereka berpihak pada rakyat kecil yang miskin dan menderita dan berusaha menolong mereka, dengan mencarikan jalan keluar, tanpa meminta imbalan apapun. Mereka menegakkan kebenaran dan berpihak pada mereka yang berkehendak baik dengan berjuang hingga rela mengorbankan nyawanya sendiri. Mereka tidak segan-segan mendermakan apapun yang mereka punya agar orang-orang yang ada dalam kesulitan segera tertolong, tertangani, dan mendapatkan jalan keluar. Mereka merasa diliputi kesedihan selama orang yang membutuhkan pertolongannya belum mendapatkan pertolongan, dan mereka gembira bila orang-orang kecil bisa bergembira.


Ksatria merupakan kualitas seseorang dengan banyak keutamaan. Ksatria merupakan sosok idola yang harus ditiru tingkah laku atau teladannya. Ksatria itu pembela kebenaran. Watak ksatria tampak pada orang yang memberantas kebobrokan dan menghancurkan kelaliman. Ksatria itu watak orang yang penuh belas kasih. Tanpa diminta, ia selalu memikirkan bagaimana orang-orang bisa terbebas dari kesulitan hidup, sehingga bisa mengalami damai, kerukunan, dan kesejahteraan. Ksatria pasti seorang pribadi yang berbakti kepada Allah, penuh penyerahan keadaaNya, dan taat dalam melakukan apa yang menjadi perintah-perintahnya.  Apapun yang dilakukan semata-mata untuk kemuliaan Sang Pencipta, segala kebaikan dilakukan demi Hyang Ilahi, dan menerima segala yang terjadi dalam hidupnya dengan penuh syukur sebagai ungkapan bakti pada Hyang Widhi.


Ibu/Bapak/Saudara-Saudari,

Hal yang paling menonjol pada seorang ksatria adalah sikapnya yang Rela berkorban. Kehilangan nyawa demi tujuan yang diperjuangkan bukan merupakan persoalan. Baginya hidup merupakan pengabdian bagi Tuhan dan sesama. Jika dalam pengabdian menuntut sikap dan ketegasan dalam pilihan antara hidup dan mati, ia akan memilih mati, asal orang lain jiwanya terselamatkan. Hidup itu diyakini hanya titipan dari Tuhan. Jika Tuhan menghendaki jiwa ciptaanNya kembali kepadanya dengan cara menolong sesama, pasti dilakukan dengan gembira. Justru menjadi sukacita yang tak terhingga bila dapat mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan melalui pengorbanannya. Itulah mengapa para pahlawan yang gugur membela kebenaran juga dianggap memiliki watak ksatria. Demi bangsa dan negara, ksatria rela menumpahkan darah.


Ksatria itu bukan hanya kisah fiksi. Kita pun dipanggil sebagai ksatria2 di jaman skrg ini. Kita harus melihat situasi yang sebenarnya di sekitar kita dan berusaha mengambil peran dimana kita dapat turut serta memperjuangkan kebenaran, keadilan, serta mengupayakan damai sejahtera. Kita tidak boleh berdiam diri saja dengan atas apa yang ada di lingkungan sekitar kita bila nyata harus ada yang diubah, diluruskan, atau dibenahi. Bukan hanya itu, bila semua pun dipandang sudah baik, jiwa ksatria akan mendorong kita untuk berperan lebih aktif dalam upaya-upaya kemajuan agar hidup bersama semakin menghargai martabat manusia, semakin tercipta suasana yang kondusif untuk pengembangan masing-masing pribadi, dan semakin memiliki kemerdekaan/kebebasan dalam mengekspresikan penghayatan iman bagi setiap orang meskipun menganut agama yang berbeda-berbeda.  Ksatria dalam konteks pluralitas hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia juga berarti semakin berani berjuang agar toleransi semakin dijunjung tinggi.


Ibu/Bapak/Saudara-Saudari,

Dalam bacaan pertama, Kitab raja-raja, ketika saat kematian Daud mendekat, ia berpesan kepada Salomo, anaknya: “Aku ini akan menempuh jalan segala yang fana, maka kuatkanlah hatimu dan berlakulah sebagai ksatria. 

Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala yang kau lakukan dan dalam segala yang kau tuju,  dan supaya TUHAN menepati janji yang diucapkan-Nya tentang aku.."  Ksatria sebagaimana dimaksudkan oleh Daud pertama-pertama berani melakukan kewajiban dengan setia terhadap Tuhan; dan melakukan segala peraturan dan ketetapannya. Siapa dapat melakukan itu, maka hidupnya akan beruntung dalam segala yang akan dituju.


Kepada kita masing-masing, marilah kita selalu memperbaharui diri dengan bersikap sebagai ksatria dihadapan Tuhan dan sesama. Kita lakukan apa yang menjadi perintah Tuhan dalam hidup kita, maka hidup kita pasti selalu dipenuhi dengan berkatnya. Kita harus menjadi ksatria di zaman ini dalam iman akan Yesus.


Salam kasih dan doa dari saya Rm P. Tri Margana


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages