Sejarah

Pendahuluan 
Sebagai bagian  dari upaya perwujudan ide pemekaran  dan pengembangan  Paroki  St.  Aloysius Gonzaga Mlati, dibangunlah pastoran atau rumah pastur di Dusun Brayut Pandowoharjo Sleman.Paroki Mlati dikembangkan dengan latar belakang yang bersifat normatif dan alasan tertentu.Setelah mendapatkan restu dari  Keuskupan Agung Semarang,dalam hal ini adalah mendiang Bapak Uskup Mgr.Y. Pujasumarta, maka dilakukan pengajuan  data-data pendukung  kepada Keuskupan.  Setelah pengajuan maka Keuskupan melakukan visitasi.

Pastoran berdiri  berdasarkan  konsep paroki diaspora, yang konon digagas pertama oleh mendiang Romo YB.  Mangun Widjaya,  Pr. Latar belakang menggunakan gagasan paroki diaspora, karena wilayah lima wilayah  yang akan menjadi bagian dari paroki tersebut telah memiliki gedung gereja, jadi nanti posisi atau status dari gereja tersebut sama atau tidak ada gereja induk.  Namun  sejauh  pengetahuan  penulis, belum ada paroki yang dikelola dengan sistem diaspora di Keuskupan Agung Semarang. Kemungkinan pastoran ini merupakan pastoran pertama sebagai paroki diaspora.

Sembari mengajukan proses untuk menjadi paroki baru, maka dipersiapkanlah lahanyang cocok atau sesuai dari berbagai aspek. Lokasi pastoran diusahakan berada ditengah gereja - gereja yang akan akan didukung. Maka dipilih lokasi yang terletak di sebelah timur Dusun Brayutatau perempatan Dusun Nyampung. Pemilihan lokasi ini juga sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Romo Y.Sukardi Pr, beliau berpesan agar dipilih disekitar atau tidak jauh dari perempatan tong. Tanah yang saat ini sebagai lokasi pembangunan pastoran semula adalah milik Bapak Djoko Santosa, salah satu putera dari almarhum Bapak R.Prawiro Darsono, Brayut.

Setelah tanah tersebut berhasil dibeli, dimulailah proses perijinan. Melalui proses yang panjang dan melelahkan serta didampingi oleh Notaris Ibu CH Nuning Nugraha SH, maka dilakukan sosialiasi di Dusun Brayut untuk kemudian dilanjutkan dengan Ijin Pemanfaatan Tanah (IPT) yang mana ijin IPT ini harus ditandatangani oleh Bupati.

Selepas IPT jadi, maka dilanjutkan ijin Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dikeluarkan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman. Kemudian dilanjutkan dengan ijin pembangunan jalan masuk dari Dinas PU Pengairan dan ESDM, selesai didapat ijin dari DPU ESDM tersebut dimulailah mencari Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). IMB dimulai dengan memenuhi persyaratan ijin siteplan, ijin siteplan selesai kemudian baru proses IMB.

Gambar Pastoran, atau gambar teknis, konsep awal dibuat oleh Bapak Widodo Budi Santosa dari Dusun Ngancar Beran, gambar tersebut mendapat asistensi dari Romo Y.Sukardi untuk kebutuhan ruang yang harus disediakan. Karena kesibukan beliau Bapak Widodo Budi Santosa, maka gambar teknis diselesaikan oleh Bapak Robertus Adam Agung dari Temon dan akhirnya gambar tersebut siap untuk dimintakan atau diajukan dalam perijinan. Gambar teknis tersebut juga dikonsultasikan oleh Romo P.Tri Margana ke Keuskupan Agung Semarang dan akhirnya juga mendapat pengesahan dari Uskup yang dalam hal ini Administrator Deosesan.

Proses pembangunan dimulai setelah mendapatkan IMB, sistem pengerjaan pastoran ini dikerjakan dengan cara swakelola. Agar didapat hasil yang seperti diharapkan maka advis teknis dipercayakan kepada Bapak Hery Gunadi dan sesekali didatangi oleh bapak Urbanus Daru Endro. Pengawasan adalah unsur penting dalam proses pembangunan maka, untuk mengoptimalkan pengawan sehari-hari maka dilakukan giliran piket lapangan, dengan jadwal hari pasaran setiap pahing oleh Wilayah Donoharjo Utara, pasaran setiap pon piket dari Wilayah Donoharjo Selatan, pasaran Wage dari Wilayah Tambakrejo, pasaran kliwon dari Wilayah Brekisan dan setiap pasaran kliwon dari wilayah Dukuh.

Pengembangan Paroki Mlati.

Ditinjau dari aspek sejarah, geografis dan jumlah umat di Paroki St.Aloysius Gonzaga Mlati maka diputuskan membentuk Pusat Pastoral Wilayah (PPW) yang merupakan gabungan dari beberapa wilayah, antara lain:
  • Pusat Pastoral Induk atau Paroki Mlati mencakup Wilayah-wilayah St.Markus Mlati; Sta.Maria Ratu Rosari; St.Ignatius Tridadi; St.Thomas Duwet; St.Aloysius Kronggahan dan St.Alfonsus Karangmloko. 
  • Pusat Pastoral Wilayah St.Petrus mencakup wilayah-wilayah St.Petrus Tarsisius Warak; St.Antonius Plasa Panca; St.Paulus Bolawen; St.Agustinus Getas dan St.Yosep Cebongan. 
  • Pusat Pastoral Wilayah St.Yohanes Paulus II mencakup wilayah-wilayah St.Petrus Donoharjo Utara; St.Yosep Donoharjo Selatan; St.Yakobus Tambakrejo; St.Venantius Dukuh dan St.Yohanes Brekisan.
Demi mengoptimalkan pelayanan pastoral yang semakin melibatkan banyak umat, maka diharapkan semakin banyak umat terlibat dalam pelayanan, hidup menggereja serta memupuk rasa tanggungjawab yang lebih besar.

Pusat Pastoral Wilayah St.Yohanes Paulus II Pusat Pastoral Wilayah St.Yohanes Paulus II terdiri dari wilayah-wilayah St.Petrus Donoharjo Utara; St.Yosep Donoharjo Selatan; St.Yakobus Tambakrejo; St.Venantius Dukuh dan St.Yohanes Brekisan yang terdiri 23 lingkungan dan jumlah umat sebanyak 2.217 orang dengan 833 KK dan telah mimiliki 5 gereja yang berada di lima wilayah, ke 5 gereja yang telah ada adalah:
  1. Gereja St. Petrus Donoharjo Utara, berada di Dusun Kayunan, Desa Donoharjo, Kecamatan Nganglik dengan jumlah umat 321 terdiri 114KK;
  2. GerejaSt.Yusup Donoharjo Selatan berada di Dusun Karanglo, Desa Donoharjo, Kecamatan Nganglik dengan jumlah umat 361 terdiri 131KK;
  3. Gereja St. Venantius Dukuh, berada di Dusun Ngelo-Nyaen, Desa Pandowoharjo, Kecamatan Sleman dengan jumlah umat 556 terdiri 205 KK;
  4. Gereja St.Yohanes Brekisan, berada di Dusun Karang Kepoh, Desa Pandowoharjo, Kecamatan Sleman dengan jumlah umat 581 terdiri 221 KK;
  5. Gereja St. Yusup Tambakrejo, berada di Dusun Tambakrejo, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik dengan jumlah umat 398 terdiri 162 KK.

Sebagai upaya pelayanan umat sesuai tata aturan gereja katolik di Keuskupan Agung Semarang untuk menjadi paroki mandiri, maka kebijakan pastoral dari Pastor Paroki Mlati dibangunlah gedung pastoran dan fasilitas pendukungnya.



PPW St.Yohanes Paulus II telah memiliki 5 gereja, sehingga sarana dan prasarana yang perlu dipersiapkan untuk menjadi paroki adalah gedung pastoran. Lokasi yang dipilih secara geografi terletak ditengah-tengah 5 gereja, dan lokasi yang dipilih adalah di sebelah timur Dusun Brayut Pandowoharjo Sleman. Pembangunan gedung pastoran, tersebut telah mendapatkan persetujuan dari Uskup Keuskupan Agung Semarang yang dalam hal ini Administrator Diosesan dan telah memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dari Pemda Sleman Nomor 503/009026.54.16/ 2423/IMB/2016 tanggal 7 November 2016. Pembangunan pastoran tersebut menempati tanah pekarangan milik PGPM pada sertifikat HM Nomor HM 4372 luas 2.056m2 terletak di Dusun Brayut Pandowoharjo Sleman Yogyakarta. Pastoran dilengkapi dengan bangunan berupa Joglo dan limas serta masih cukup tersedia halaman atau lahan terbuka untuk ajang berbagai kegiatan. Bangunan Joglo untuk kegiatan pertemuan dan berkesenian untuk mendukung identitas Desa Wisata Brayut dan Desa Budaya Pandowoharjo, Gedung joglo dan limas tersebut memungkinkan juga dipergunakan sebagai barak pengungsian apabila terjadi erupsi Gunung Merapi, hal ini karena lokasinya tidak jauh dari daerah rawan bencana erupsi Merapi. Dengan diberkatinya gedung pastoran ini sebagai langkah awal merajut umat di lima wilayah untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam mewujudkan peradaban kasih sesuai visi KAS yang tertuang dalam Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang (RIKAS) 2016-2035.

Disamping kita berusaha dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki umat, maka umat diajak untuk menambah doa yang sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga, ditambah dengan doa mohon berkat bagi Pembangunan Pastoran St.Yohanes Paulus II di Brayut. Doa ini selalu dipanjatkan setiap hari selasa pagi dalam misa harian di Gereja Karanglo, Donoharjo Selatan (Donsel).

SEJARAH TANAH

Penentuan lokasi bangunan pastoran memerlukan diskusi panjang dan perlu pertimbangan yang matang. Mengingat ide awal pembentukan paroki adalah paroki diaspora, hal tersebut dengan alasan utama dari kelima wilayah masing-masing telah memiliki gereja maka penetuan lokasi dipilih berada pada tengah-tengahnya. Untuk mendapatkan lokasi ideal di tengah tersebut ternyata juga tidak semudah rancangan di atas kertas, maka secara garis besar dibuat ancar-ancar berada di poros jalan antara jalan GTA ke utara sampai Dusun Jetis Donolayan, atau jalan di sekitarnya. Bahkan untuk memilih lokasi Romo Y Sukardi memberikan petunjuk agar dicari tanah yang lokasinya jangan jauh dengan perempatan yang ada tong. Maka untuk mengefektifkan langkah yang perlu ditempuh Romo Kepala Paroki Mlati membentuk Tim atau Panitia Tanah yang bertugas mencari lokasi yang sesuai dengan keinginan. Panitia tersebut adalah :

Personalia Panitia Pengadaan Tanah

Nama   Kedudukan  
R. Djoko Handoyo   Ketua 
M. Budi Santoso   Sekretaris 
FX. Hery Gunardi  Anggota
CH. Nuning Nugraha  Anggota
Urbanus Daru Endro  Anggota
V. Sugito  Anggota
FX. Budiharjo  Anggota


Informasi adanya tanah-tanah milik perorangan yang akan dijual dikumpulkan oleh panitia kemudian dibahas dalam rapat panitia, rapat panitia tanah biasanya diselenggarakan di Rumah Sdri CH Nuning Nugraha. Ada beberapa lokasi yang ditawarkan, antara lain tanah milik keluarga Bapak R Suprapto yang berada di bawah jaringan listrik tegangan tinggi. Ada banyak kecemasan kalau nanti pastoran di bawah Jaringan Tegangan Tinggi (JTT) listrik penghuninya tidak nyaman, bahkan ada kekhawatiran akan terimbas radiasi.

Disamping itu Romo Tri Margana juga mendapat tawaran dari keluarga R.Prawirodarsono dari Dusun Brayut, ada dua lokasi yang ditawarkan, yaitu tanah yang berada di dalam Dusun Brayut yang berada di sebelah barat rumah Bapak M Suratman Prawiro Sanjoyo dan yang satunya tanah yang lokasinya berada di sebelah timur Dusun Brayut atau utara perempatan drum atau tong. Akhirnya dipilihlah lokasi tanah yang berada di utara tong. Setelah dilakukan pengecekan singkat yang dilakukan oleh panitia tanah maka dipastikan tanah tersebut tidak dalam sengketa maka dilakukan pendekatan dengan pemiliknya. Adapun data tanah adalah atas nama Bapak Joko Santosa, luas tanah 2.056 m2 status tanah sawah. Kata menterengnya adalah negosiasi, namun isinya lebih pada rembug bareng bagaimana keluarga Bapak Joko Santosa bisa berperan utuk memajukan gerejadengan merelakan tanahnya untuk lokasi pembangunan pastoran, serta panitia atas nama PGPM menyediakan beaya sebagai tali asih. Setelah terjadi kesepahaman, agar mempunyai kekuatan hukum maka dilakukan proses perikatan jual beli yang dilakukan dihadapan Notaris. Sedangkan panitia selanjunya melakukan proses peralihanhak dari Bapak Joko Santosa ke PGPM melalui kantor Badan Pertanahan Kabupaten Sleman.

PANITIA PEMBANGUNAN DAN PENDANAAN 
Sesuatu program ataupun kegiatan akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang direncanakan sangat tergantung oleh sumberdaya manusia yang menangani. Panitia Pembangunan Pastoran atau Rumah Pastor ini melibatkan lima wilayah, dan mempertimbangkan faktor kompetensi personelnya. Panitia dibentuk dengan Keputusan Pastor Kepala Paroki Mlati Nomor 1/KEP/2014 tanggal 1 September 2014 dengan personalia sbb:

Panitia Pembangunan Pastoran Brayut

Nama   Kedudukan Dalam Panitia 
Petrus Tri Margana, Pr   Penanggung Jawab 
V. Endang Hangestiningsih   Wakil Penanggung Jawab 
V. Sugito   Ketua 
YB. Sutarman   Wakil Ketua 
M. Budi Santoso   Sekretaris 
Y. Subardjo   Wakil Sekretaris 
Lydia Indrayati   Bendahara 
R. Widodo Budi Santosa   Penanggung Jawab Perencanaan 
R. Adam Agung  Penanggung Jawab Perencanaan dan pelaksanaan 
B. Tri Ardayanto  Wakil Penanggung jawab gambar  
R. Djoko Handoyo   Perijinan / Humas 
FX. Budiharjo   Perijinan / Humas 
FX. Hery Gunardi  Penanggung Jawab Pembangunan Fisik 
M. Sugiyono  Koordinator Lapangan Pembangunan fisik 
FX. Sugihartono   Koordinator Penggalian Dana 
FB. Widodo Margotomo  Koordinator Penggalian Dana External Wilayah PPW 
Para Ketua Wilayah di PPW  St.Yohanes Paulus II  Koordinator  Penggalian Dana Setiap Wilayah PPW 
B. Bagus Surya Langgeng  Penggalian  Dana Wilayah Dukuh 
Y. Heri Yulianto  Penggalian Dana Wilayah Donut 
FX. Sunardi  Penggalian Dana Wilayah Donsel 
Ant. Sujiyo  Penggalian Dana Wilayah Brekisan 


Agar kerja panitia lebih efektif dan efisien maka secara garis besar kerja panitia dibuat pembagian tugas, khususnya Wakil Ketua diberi tugas khusus untuk menangani pengumpulan dana. Rapat panitia secara berkala selalu dilaksanakan, tempatnya berpindah-pindah bergiliran antar wilayah dan rumah penduduk.



Setelah bangunan joglo terwujud, walaupun belum sempurna, maka rapat-rapat panitia pembangunan diselenggarakan di gedung pastoran dan di joglo.



Pemenuhan kebutuhan pembeayaan untuk membangun gedung tersebut dibandingkan dengan kemampuan finansial umat sangatlah besar, maka diupayakan mencari bantuan dari berbagai pihak. Walaupun demikian dari umat sendiri ada upaya untuk mengumpulkan dana dengan cara mengisi daftar kesanggupan per keluarga, kemudian kesanggupan tersebut dicicil dalam jangka waktu satu tahun, hasil dari kesanggupan tersebut jumlah nominalnya juga sangat signifikan. Sumber lain yang diupayakan adalah dengan meminta kepada instutusi tertentu pengelola dana CSR seperti PT.Telkom, kolega atau keluarga yang merantau dan sukses diperantauan dan sumberdana lainnya yang tidak akan menimbulkan permasalahan dikemudian hari. Panitia juga mendapatkan dana CSR dari PT.Telkom Semarang dan DIY, keberhasilan ini berkat advis dari Bpk Alb.Herry Kristianto yang dulu pernah berkarya di PT Telkom. Penyerahan dana CSR tersebut diberikan pada acara formal bertempat di Kantor PT Telkom Semarang.



Selepas kita menerima bantuan dari PT.Telkom Semarang tersebut, Panitia juga menerima bantuan CSR dari PT.Telkom di Bandung, bantuan tersebut terrealisir berkat bantuan Bpk.Drs.Suripno MM umat dari Lingkungan Agustinus Ngelo Wilayah Dukuh yang dahulu juga pernah berkarya di PT .Telkom Bandung.

Partisipasi dari segenap umat juga sangat besar, salah satunya adalah dari Bpk.Hari Supriyono dari Lingkungan Tlacap Wilayah Brekisan, berkat beliau terkumpul dana yang lumayan besar jumlahnya, bahkan untuk menghitung dana yang didapat sampai melibatkan panitia yang bertanggung jawab untuk dana yaitu Bpk.YB.Sutarman dan Bpk.FX.Sugihartonoserta Ibu Ana (gambar di atas), hal itu dilakukan untuk memenuhi unsur akuntabilitas.

Kolega dari Rm P.Tri Margana Pr, yang tersebar di berbagai tempat juga memberikan bantuan yang sangat berarti, diantaranya di Papua, Mlati, Jakarta. Disamping itu kolekte misa harian jikalau bertepatan dengan hari raya dan misa mirunggan di lingkungan juga diadakan kolekte yang diintensikan untuk pembangunan pastoran.

Kolega dari Mas Puguh Mlaten yang berdomisili di Jakarta serta Kolega Bpk M.Haryono dan Sr.Marieta juga membuahkan bantuan dana yang cukup signifikan jumlahnya.

PERENCANAAN BANGUNAN 
Perencanaan merupakan fase yang penting dimana dalam perencanaan terdapat ide atau mimpi yang nanti akan diwujudkan dalam proses pembangunan. Kecermatan dalam perencanaan juga penting. Perlu referensi agar hasil perencanaan dapat optimal. Konsep awal gambar pastoran atau gambar teknis dibuat oleh Bapak R.B. Widodo Budi Santosa dari Dusun Ngancar Beran.Di samping itu, proses pembuatan gambar diasistensi oleh Romo Y. Sukardi untuk hal pemenuhan ruang.



Pada tahap selanjutnya, gambar teknis diselesaikan oleh Bapak Robertus Adam Agung dari Temon sampai gambar tersebut siap untuk digunakan sebagai salah satu persyaratan mengajukan perizinan membangun. Gambar teknis tersebut juga dikonsultasikan kepada Romo Tri Margana ke Keuskupan Agung Semarang dan akhirnya mendapat pengesahan dari Uskup yang dalam hal ini Administrator Deosesan.



Setelah mendapatkan pengesahan dari Uskup (Administrator Deosesan) gambar rencana digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembangunan

PEMBANGUNAN PASTORAN

Fase pembangunan merupakan fase yang ditunggu-tunggu umat, karena sejak digulirkannya ide pembuatan pastoran kemudian dilakukan sosialisasidan umat mengisi formulir kesanggupan untuk berpartisipasi mengumpulkan dana, selalu muncul pertanyaan kapan pembangunan dimulai. Bahkan ada umat yang meminta pembangunan dimulai dulu sembari menunggu izjinnya terbit. Namun, setelah dilakukan komunikasi, umat sepakat pembangunan dimulai setelah perizinan diterbitkan oleh Pemda Kabupaten Sleman. Hal tersebut juga dikuatkan dengan kondisi keuangan yang akan dipakai untuk membiayai masih rendah.

Pada tahap awal setelah izin dari Dinas Sumber Daya Air, Energi, Dan Mineral terbit, dimulailah mobilisasi bahan guna membangun atau membenahi saluran irigasi yang berada di sisi barat tanah pastoran sekaligus membuat jalan masuk. Pengerjaan pada tahap awal terlebih dahulu melibatkan umat lingkungan Brayut kemudian meluas melibatkan umat Wilayah Dukuh.



Pekerjaan yang dilaksanakan selanjutnya adalah pekerjaan yang memerlukan keterampilan khusus, yaitu tukang batu. Pekerjaan saluran dan jalan masuk dikerjakan kurang lebih 10 hari kerja.


Sambil menunggu IMB diterbitkan oleh Pemkab Sleman,  dipersiapkan jalan masuk dengan cara mengurug lahan dengan  tanah serta  bongkaran bangunan Gereja Kayunan lama. Pemadatan tanah dilakukan dengan membeli tanah urug menggunakan sisa pembakaran atau arang batu bara, kira-kira jumlahnya 10 rit.


Setelah pembangunan jalan masuk dapat diselesaikan, panitia fokus mewujudkan bangunan pastoran. Hal tersebut mengingat dana yang sudah terkumpul masih terbatas. Namun  ada kekhawatiran harga-harga bahan bangunan dan upah tenaga  naik jika tidak segera dilakukan pembangunan.  Panitia memutuskan,  bahwa sistem pengelolaan pembangunan ini dikerjakan dengan sistem swakelola.  Hal itu dinila panitia sebagai  keputusan yang bijak dan tepat. Alasannya,  umat tidak  akan  canggung untuk datang ke lokasi, umat lebih memiliki rasa handarbeni, dan tentunya menekan pengeluaran biaya,  serta memungkinkan untuk dikerjakan secara gotong-royong.

Para  Ketua  Wilayah mengerahkan  umat untuk membantu. Bapak  F.X.Hery  Gunardi  ditunjuk  sebagai penanggung jawab teknis atau memberi nasihat teknis, dibantu oleh Bapak Robertus Adam Agung.

Mengingat  pekerjaan ini dilaksanakan dengan sistem swakelola, ada mekanisme atau orang yang dipercaya untuk menagani manajemen. Dengan adanya orang yang ditunjuk secara tetap, jika  ada keluhan atau usulan  akan  menjadi jelas tindak lanjutnya.

Keterlibatan umat dari lingkungan/wilayah diatur seperti berikut:  bagi lingkungan yang bertugas koor atau  ada misa harian di Kapel Karanglo  bertugas memberikan  makanan kecil yang akan disajikan kepada para tukang.  Dari situ umat juga bisa secara langsung dapat melihat  sejauhmana progres pembangunan.  Disamping itu setiap wilayah diberi tugas untuk melakukan piket  harian.  Wilayah Donoharjo Utara piket pada hari pasaran pahing, Wilayah Donoharjo Selatan piket setiap pasaran pon, Wilayah Tambakrejo piket setiap pasaran wage, Wilayah Brekisan piket setiap pasaran kliwon dan Wilayah Dukuh setiap pasaran legi. Tugas dari wilayah yang mendapat giliran piket adalah melakukan presensi kehadiran para tukang, mencatat stok bahan, mencatat bahan yang datang, memesan material dan tugas lain yang dianggap perlu,  serta mendokumentasikan pekerjaan yang terjadi pada saat piket. Jika bertepatan piket pada hari Sabtu, maka ada tugas khusus yang mesti harus dibuat, karena hari Sabtu adalah bertepatan dengan bayaran para tukang. Dengan demikian hal yang dikerjakan adalah merekap kehadiran masing-masing tukang kemudian membuat daftar upah yang harus dikeluarkan. Kemudian setelah daftar upah tenaga selesai dibuat,  dilakukan  cek  oleh Ibu Tutik Suharsi. Dalam pelaksanaannya, pengawasan harian oleh umat setiap wilayah  sangat membantu dalam menunjang mutu pekerjaan.  Selain itu, pengawasan dan pemantauan  kendali mutu secara berkesinambungan dilakukan antara lain oleh  Bpk F.X.Hery Gunardi,  Bapak  M.Sugiyana,  Bapak  F.B. Suratmin, Bapak Gunadi Ibnu S., dan Bapak V.Sugito.

Umat yang terkait dengan kesinambungan pembangunan pengawasan kendali mutu pastoran disajikan pada foto berikut.



BANGUNAN PASTORAN
Bangunan pastoran dibuat dua lantai. Masing-masing lantai adalah 8 m x 15 m   yang  diperuntukan bagi pelayanan administrasi pastoral, terdiri dari ruang adminitrasi, ruang konsultasi atau kanonik, ruang tamu.  Ruang  pendukung terdiri dari ruang transit, ruang tamu, ruang dapur, ruang tidur atau ruang istirahat karyawan,  serta ruang garasi. Pada sisi sebelah timur dibuat rumah sederhana yang berhimpit dengan pastoran, rumah ini kelak diperuntukan bagi karyawan bila karyawan atau jaga malam  atau keamanan telah berkeluarga. Ukuran rumah sederhana 6 m x 8 m.




Peletakan Batu Pertama
Peletakan Batu Pertama Pembangunan Pastoran dilaksanakan pada tanggal 14 November 2016 oleh Romo P.Tri Margana,Pr. Dalam suasana hujan, Romo Tri penuh semangat memberikan berkat. Berikut ini liputan dari Tabloid  Kasih oleh Seno dari GTA pada edisi Desember 2016.





Pekerjaan galian tanah  adalah  salah satu pekerjaan yang dikerjakan secara gotong royongdengan melakukan kerja bakti menggali tanah, seperti gambar di atas.  Kondisi pada gambar di atas adalah kondisi dimana bangunan pastoran ini berdiri, dengan  melakukan kerja yang rutin dan konsisten setiap harinya,  hari  ke  hari bangunan dapat  berdiri. Selama  pembangunan pastoran,  setiap pagi sebelum dimulai pekerjaan didahului dengan doa agar semuanya terlindungi dan pekerjaan berjalan dengan baik dan lancar.


Guna mengantisipasi pengecoran lantai, sejak dari awal sudah harus diambil keputusan, apakah perancah bekesting  lantai  denganscaffolding  dan perlu balok-balok kayu untuk kelengkapannya atau menggunakan bambu. Bambu memang mudah didapat disekitar lokasi pastoran. Akhirnya diputuskan memakai bambu. Bambu yang dipakai untuk perancah disumbang dari Keluarga Bapak F.X.Sunardi dari lingkungan Karanglo, Ibu Kem dari Karanglo, Keluarga Bapak Prasojo Majegan dan bambu yang berada di sebelah timur Gereja Karanglo. Untuk menebang dan mengangkutnya dilakukan dengan kerja bakti. Setelah ditebang bambu diangkut menggunakan kendaraan Bapk F.X.Hery Gunadi dan dengan menggunakan  truk milik Bapak Is Sutiyar dari lingkungan Karangkepoh.


Tingkat pemahaman para tukang dan tenaga untuk membaca gambar kerja serta metode kerja kadang-kadang  tidak sama. Dengan demikian dilakukan pengarahan secara berkala. Para tukang juga butuh motivasi. Semangat  perlu dipompa agar hasil kerja lebih baik. Briefing juga  berisi  pengarahan agar dalam setiap melakukan pekerjaan selalu mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja.

Pekerjaan krusial dalam pembangunan ini antara lain adalah pembuatan latai atas. Pada fase ini pekerjaan terasa menjemukan, memakan waktu lama,persentase  progres lambat,  dan tentu saja memerlukan ketelitian. Hal tersebut berakibat juga terhadap pembiayaan.

Pengecoran lantai atas menggunakan jasa dari PT.Pionir  Beton. Penghitungan  volume beton  yang dipesan terlebih dahulu sudah dihitung berdasarkan gambar dan kondisi lapangan oleh Bapak Suwardi bersama teknisi dari PT.Pionir Beton  sebesar 15,5m3 atau setara dengan tiga truk tangki. Pada waktu pengecoran,proses  awal  berjalan lancar. Namun setelah dituang satu-persatu tangki truk ternyata adonan beton dari PT.Pionir  Beton tidak mencukupisehingga masih diperlukan adonan tambahan kuranglebih 3m3.  Adonan tambahan menjadi tanggungjawab dari panitia pembangunan.

Semen, pasir, serta krikil telah siap untuk dibuat adonan, kemudian dengan cara diaduk semi manual menggunakan pompa beton yang telah disewa untuk menaikan adonan dari PT.Pionir  Beton, akhirnya semua bekesting lantai atas terpenuhi dengan cor adonan beton.


Seiring berjalannya waktu, terwujudlah bangunan pastoran dalam kondisi seperti pada gambar di bawah ini. Semula berdasarkan diskusi-diskusi dalam rapat maupun pembicaraan informal pembangunan pastoran nanti asalkan sudah  keyupan, maka kita sudah lumayan dalam capaiannya. Namun berkas kemurahan hati oarang-orang yang peduli dan tentu saja campur tangan Tuhan semuanya akan menjadi baik.


Pemasangan Bangunan JogloGaya bangunan joglobagi Desa Pandowoharjo yang merupakan desa budayasangatlah berarti. Bapak Catur Sarjumiharta selaku Kepala Desa Pandowoharjo mempunyai usul pada saat sosialisasi pembangunan pastoran ini agar dibangun juga rumah joglo. Pada awalnya panitia  berpikir bagimana cara mendapatkan dana tambahan untuk membangun joglo. Namun pada saat itu Romo P. Tri Margana, Pr langsung menanggapi dengan gembira menyetujui usulan Kepala Desa tersebut. Akhirnya,  joglo ditambahkan pada  site plan. Suatu rencana yang baik dan  indah tentu diperkenankan oleh  Tuhan.  Romo  Tri  kemudian mengkonsultasikan gambar rencana pembangunan di Keuskupan Agung Semarang  dan  bertemu dengan Romo CB.  Mulyatno,Pr.  Setelah itu  ketua  panitia bertemu dengan Romo CB.Mulyatno. Kemudian  ada kesepakatan  bahwa  beliau akan menerima panitia di SDK Mangunan Kalasan pada Jumat 2 Desember 2016.


“Silahkan joglo dibawa saja,  toh  ini juga untuk kepentingan pelayanan gereja,” kata  Romo Mulyatno kepada panitia saat itu.



Joglo  tersebut  berasal dari Dusun Ngepas, Donoharjo, Ngaglik. Setelah dikonfirmasi dengan KRMT Dwidjo Margina, memang betul bahwa joglo tersebut berasal dari Ngepas dan di Ngepas joglo tersebut dinamai Si Lerak. Keberadaan joglo di Dusun Brayut ini merupakan joglo keempat  sehingga dapat menglengkapi keberadaan Desa Wisata Brayut dan sekaligus Desa Budaya Pandowoharjo. Bangunan joglo ini semula atapnya memakai sistem empyak raguman dan pada pemasangan ini  empyak raguman  diganti dengan usuk kayu  bangkirai. Joglo  akan digunakan untuk pertemuan dengan jumlah peserta yang banyak.

Bakan seorang warga,  yaitu Bapak Zainal pernah meminta izin untuk menggunakan joglo  saat pamitan haji.

BANGUNAN LIMAS
Setelah bangunan joglo terpasang, Romo CB. Mulyatnomenyempatkan diri singgah di Pastoran Brayut dari perjalanan pulang dari Rapat di Keuskupan Agung Semarang. Setelah melihat bangunan joglo pemberiannya terpasang, dengan spontan beliau berkata bahwa  limas yang ada di Kalasan diambil saja untuk dipasang di belakang joglo. Segera panitia tanpa berangkat ke kalasan sekaligus membawa truk milik Bapak Is Sutiyar. Konon cerita dari Bapak Suratman, adik saudara tua Romo Adlf.  Suratmo,Pr bahwa limas ini berasal dari daerah Wonogiri Jawa Tengah.


Konstruksi atap limas ini menggunakan empyak raguman  bambu  sehingga  konstruksi bagian atap diganti dengan kayu bangkirai.

Bangunan limas ini akan difungsikan sebagai sekretariat dari Dewan Paroki. Pembagian kamar pada limas diperuntukan untuk sekretariat dewanparoki, sekretariat OMK, sekretariat tim kerja ibu-ibu,  dan ruang kesehatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages