Renungan Harian 1 Februari 2022

Renungan Harian oleh Romo Petrus Tri Margana, Pr

BACAAN:

- 2 Sam 18: 9-10, 14b, 24-25a, 30 - 19:3 - Daud meratapi kematian Absalom

- Markus 5:21-43 - Hai anak, aku berkata kepadamu bangunlah

Audio



TEMA: Orang tua yang bijaksana akan memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. 

    Apakah ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya? Jika ada, pasti ada yang beres atau tidak benar padanya. Barangkali ada kelainan mental atau kelainan jiwa.  Pada umumnya, normalnya, bahkan seharusnya, dalam keadaan apapun, orang tua menyayangi anak-anaknya. Siapapun yang berniat membangun hidup berkeluarga, bukan hanya untuk saling mengasihi suami istri, namun juga untuk hadirnya buah cinta yaitu anak-anak, serta kesanggupan untuk membesarkan dan mendidik anak-anak dengan penuh cinta. Apalagi jika menyadari dalam iman, bahwa anak-anak merupakan anugerah dan titipan Tuhan melalui orang tua. Hadirnya anak dalam keluarga berarti kepercayaan yang diberikan oleh Tuhan sendiri kepada pasangan hidup perkawinan supaya cinta kasih suami istri makin sempurna. Jadi dengan menerima dan bertanggung jawab pada anak-anak merupakan ungkapan hormat, cinta dan bakti kepada Tuhan.

    Memang ada pengalaman-pengalaman di mana orang tua yang seharusnya menyayangi anak-anaknya, tetapi tidak menunjukkan hal demikian, malahan kesannya membenci. Biasanya hal itu terjadi karena tekanan ekonomi, orang tua ada affair dengan pihak ketiga, ada kebiasaan buruk yang dilakukan oleh orang tua. Akibatnya, anak justru menjadi korban.

    Ada orang tua yang secara ekonomi teramat susah. Penghasilan kadang ada kadang tidak, sehingga untuk makan sangat susah. Karena tekanan yang demikian kadang orang tua bisa mudah emosi pada anak. Anak lapar maka menangis, tetapi karena tidak ada yang dimakan, ada orang tua yang justru membentak anak, atau malah tega memukul memukul.

    Entah laki-laki atau perempuan, ketika ada hubungan yang tidak selayaknya dengan pihak lain, sangat mungkin anak-anak menjadi sasaran bila terjadi pertengkaran dengan pasangan.

    Orang tua yang suka minum mabuk, berjudi, memakai napza, dan kebiasaan buruk lainnya biasanya mudah marah-marah dan tidak peduli pada anak-anaknya.


Ibu/bapak/saudara-saudara terkasih

    Dalam hal yang sebaliknya, kita dapat menemukan banyak contoh indah bagaimana orang tua yang benar-benar mengasihi anaknya sehabis-habisnya hingga rela mengorbankan apapun juga. Bahkan dengan nyawanya sendiri, ada orang tua yang bersedia merelakan sebagai tebusan cinta bagi anaknya.

    Beberapa waktu lalu ada anak mahasiswi yang mengakhiri kuliahnya dengan diwisuda. Ibunya sudah meninggal, maka hanya dihadiri bapaknya yang bekerja sebagai tukang becak. Dalam penuturannya, bapak dari anak itu benar-benar bekerja keras untuk membiayai anaknya supaya lulus sekolah. Siang malam ia sertai dengan doa supaya kuliah anaknya diberi kelancaran. Pekerjaan apapun yang memberi penghasilan juga dilakukan supaya dapat membayar biaya kuliah tepat waktu. Setelah wisuda terjadi, doa bapak itu juga tidak kunjung henti supaya anaknya mendapat pekerjaan yang sesuai dengan ilmu yang didapat di bangku kuliah.


    Seorang ibu dengan 4 anak, dalam usia yang masih muda ditinggal mati suaminya. Ia berjualan nasi rames. Semua dilakukan sendiri. Pagi sampai sore ia berjualan. Setelah anak-anak dimandikan dan makan, ia menyiapkan semua yang akan dijual esok pagi. Jam 2 pagi ia sudah bangun, melanjutkan persiapan dan menata masakan supaya jam 5 pagi siap karena ada pembeli yang biasanya pagi-pagi benar sudah datang. Hal itu dilakukan secara rutin, terus menerus, dan setia selama tidak kurang 40 th. Puji Tuhan anak-anaknya dapat menyelesaikan kuliahnya, mendapat pekerjaan, dan keempat-empatnya sudah berkeluarga. Ibu itu pernah bersaksi waktu suaminya mati muda, ia tidak berkeinginan menikah lagi karena takut ada masalah dengan anak-anak. Ia ingin anak-anak tetap bisa bertumbuh dengan baik, sekalipun hanya diasuh sendirian. Sekalipun suaminya sudah meninggal, ia tetap setia; dan ia lakukan tanggung jawab dengan membesarkan dan mendidik anak-anaknya.


Ibu/bapak/saudara-saudara terkasih

    Dalam bacaan pertama hari ini, kita mendengarkan kisah bagaimana Daud yang menangis karena kasihnya pada Absalom anaknya yang meninggal. Meskipun Absalom sendiri berusaha membunuh Daud bapaknya,  Daud tetap menyayanginya. Maka waktu Absalom mati terbunuh, Daud benar-benar sedih dan berkabung karenanya.

    Sedangkan dalam bacaan Injil, kasih orang tua yang begitu besar ditunjukkan oleh Yairus kepala rumah ibadat yang anaknya sedang sakit. Ia meminta agar Yesus menyembuhkannya. Dalam KS dikatakan, "Sedang Ia berada di tepi danau, datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan memohon dengan sangat kepada-Nya: “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tanganMu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.”

    Kepada kita masing-masing marilah, menyadari betapa Tuhan memakai kita sebagai orang tua untuk menjadi penyalur berkat bagi anak-anak. Tangan Tuhan terus menyertai kita di saat kita terus setia menjadi berkat bg anak-anak kita.

Salam kasih dan doa dari saya Rm Petrus Tri Margana,Pr

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages