BACAAN:
- Yak 3:13-18 Jika kalian puas dalam hati, janganlah kalian membanggakan diri.
- Markus 9:14-29 Aku percaya, ya Tuhan. Tolonglah aku yang kurang percaya ini.
TEMA: Apa yang kita BANGGAKAN dalam hidup kita?
Ibu/Bapak/Saudara/Saudari..
Adalah hal yang manusiawi jika orang membutuhkan pengakuan dalam hidupnya. Untuk itu, orang biasanya lalu berusaha menunjukkan kelebihan, kekuatan, dan kehebatannya supaya orang mengakui, atau bahkan mengaguminya.
Ada anak sekolah yang membanggakan dirinya karena bisa memperoleh nilai raport yang lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya. Kepada teman-teman lainnya, nilai rapor ditunjukkan, bahkan terkesan ada kesombongan yang dipamerkannya.
Beberapa orang yang disebut sebagai artis ada yang membanggakan dirinya karena bisa pergi kemana-mana memakai pesawat/jet pribadi. Ada yang foto selfie di dekat tangga pesawatnya, ada yang foto-foto dengan menunjukkan interior pesawat dengan merasa sangat bangga.
Ada yang membanggakan dirinya karena memiliki anak-anak yang hebat dan merasa bisa mendidik dengan lebih baik dibanding yang lain-lain.
Untuk kita sendiri, apa yang akan kita banggakan di hadapan Tuhan? Apakah kita akan membanggakan hal-hal duniawi seperti yang lainnya sehingga kita menjadi dipuji, dikagumi, disanjung-sanjung? Apakah Tuhan bangga bila yang kita agung-agungkan di hadapan-Nya hanyalah soal-soal yang membuat kita merasa senang karena terkenal, karena kekayaan, karena tingginya pangkat? Kita mesti berpikir lebih dalam bagaimana hidup yang menyenangkan hati Tuhan sehingga Tuhan benar-benar bangga atas apa yang kita lakukan? Dalam hal ini, kita mesti belajar, mencari, dan menemukan keteladanan dari Yesus sehingga Ia membanggakan kita yang adalah anak-anakNya dan juga anak-anak Bapa di surga. Mari kita mengingat bagaimana Bapa yang bangga akan Yesus dan mengatakan, "Inilah putraKu yang terkasih, kepadanya Aku berkenan, dengarkanlah Dia." Bapa berkenan kepada Yesus pasti dari apa yang dilakukan olehNya. Jika kita ingin berkenan kepada Bapa, artinya kita pun juga harus meneladan Yesus.
Ibu/Bapak/Saudara/Saudari..
Yesus setia akan akan tugas panggilan dari Bapa, bahkan setia sampai mati. Kita juga harus setia akan panggilan Tuhan bagi kita masing-masing. Pekerjaan kita, perkawinan kita, pelayanan kita, dan hal-hal lain yang sehari-hari kita lakukan, semua kita lakukan dengan komitmen untuk selamanya.
Yesus sungguh mengasihi orang-orang yang terpinggir, termarginal, atau terlupakan dalam hidup sosial, seperti orang sakit, orang kerasukan setan, atau orang-orang yang dinilai berdosa. Orang-orang yang kelaparan juga Yesus beri makan. Orang yang sedang dalam persoalan, Yesus mengantisipasi agar tidak memalukan baginya, yakni dalam kisah Yesus mengubah air menjadi anggur di Kana. Maria dan Martha yang kehilangan saudaranya, Yesus membangkitkan Lazarus serta membuka mata orang-orang bahwa Ia datang dengan kuasa Allah yang mampu membangkitkan orang mati.
Yesus rela menderita agar manusia diselamatkan. Rela menderita demi kebaikan sesama harus menjadi semangat kita semua anak-anak Tuhan. Kita justru menjadikan rasa bangga bila kita boleh menderita banyak demi Injil. Kita belajar bersyukur kalau kita boleh memanggul salib lebih banyak dibanding yang lain. Yesus sudah memanggul salib serta wafat di salib bagi kita, kita pun juga harus bangga boleh memanggul salib hidup kita. Kita belajar untuk tidak mudah mengeluh bila ada kesulitan dalam perjalanan kita. Bahkan kita harus siap mengalami banyak kesulitan bila Tuhan memakai kita untuk menjadi berkat bagi sesama. Kalau kita mengalami derita yang lebih banyak dibanding yang lain, kita harus berpikir secara positif, yakni kita dipercaya oleh Tuhan agar kemuliaan-Nya semakin terpancar kepada semakin banyak orang. Kita yakini bahwa derita bukan selalu merupakan hukuman, melainkan cara kita untuk menggapai keselamatan.
Ibu/Bapak/Saudara/Saudari..
Dalam.bacaan pertama hari ini, Santo Yakobus mengingatkan akan hikmat yang dari atas, atau hikmat dari Tuhan. Hikmat yang benar berangkat dari kelemahlembutan, dan bukan menaruh perasaan iri hati ataupun mementingkan diri sendiri. Dalam hikmat itu, orang tidak akan membanggakan dirinya, melainkan mewujudkannya dalam hati yang "murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik." Yakobus mengingatkan kita yang membanggakan diri dengan dusta, berarti melawan kebenaran. Orang yang demikian sesungguhnya dikuasai nafsu manusia atau dari setan. Dalam Kitab Suci dikatakan, "Sebab dimana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala rencana perbuatan jahat."
Kepada kita semua, marilah kita tidak melakukan hal-hal yang semu dan menipu dengan membayangkan hal-hal duniawi semata. Kita harus terus ingat akan panggilan Tuhan untuk menjadikan hidup sebagai berkat bagi sesama dan membanggakan bagi Tuhan, maka kita selalu siap menderita agar nama Tuhan semakin dimuliakan.
Salam kasih dan doa dari saya Rm. P. Tri Margana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar