Renungan Harian 19 Februari 2022

Renungan Harian Oleh Romo Petrus Tri Margana, Pr

Audio


BACAAN:

- Yakobus 3:1-10 - Tak seorangpun berkuasa menjinakkan lidah.

- Markus 9:2-13 - Yesus berubah rupa di depan para rasul.


TEMA: Berjuang menjinakkan LIDAH kita


Ibu/Bapak/Saudara/Saudari..

Orang yang benar-benar dewasa akan bisa mengontrol dirinya. Salah satu dari antara semua yang perlu diatur, ditata, atau dikendalikan dengan sebaik-baiknya adalah lidah kita. Dengan lidah kita bisa memuji dan meluhurkan nama Tuhan; tetapi dengan lidah kita dapat juga menghujat namanya. Nyanyian rohani yang begitu indah dapat kita dendangkan... doa yang panjang dapat kita daraskan; tetapi dengan lidah pula orang dapat memaki-maki Tuhan.

Dengan lidah, kita dapat membangun persahabatan dengan banyak orang melalui sapaan-sapaan persahabatan; namun dengan lidah pula orang dapat menabur fitnah kepada siapa saja, memaki, mengolok-olok, mencela dsb.

Dengan lidah orang dapat memberi motivasi, menguatkan dan memberkati orang-orang yang putus asa atau ada dalam ketidakberdayaan,; tapi dengan lidah juga orang bisa membunuh semangat sesamanya hingga tidak berdaya.


Jika demikian, mampu mengontrol lidah kita menjadi sesuatu sangat penting untuk kita. Kita harus benar-benar belajar menggunakan lidah kita agar terbiasa memakainya dengan baik. Kita dapat membayangkan bagaimana di saat berbicara: Orang mengalami kesejukan, kehangatan dan cinta yang mendalam karena yang kita omongkan benar-benar terkontrol, berisi dan bermanfaat bagi semua yang mendengarnya.

Orang merasa dikuatkan karena kita selalu memberi peneguhan, menerima apa adanya, selalu siap mendengarkan terutama segala keluh kesah, dan selalu siap membantu kapanpun dibutuhkan.

Orang merasa banyak belajar dari kita kalau kita memberi banyak bimbingan/masukan/nasehat, mau berdiskusi hal-hal penting untuk kemajuan bersama, dan mau berbagi dari buku-buku yang pernah kita baca serta menyampaikan pemahaman-pemahaman penting yang kita miliki.


Ibu/Bapak/Saudara/Saudari..

Disuatu dusun, ada seorang ibu yang banyak omong. Sedikit-sedikit membicarakan keadaan tetangga sampai orang-orang yang mendengarnya malas. Ibu-ibu lain sudah hafal, kalau dalam obrolan bersama  ada ibu, yang sebut saja namanya Siska, selalu mengungkit-ungkit kesalahan yang lain. Sedangkan kalau membicarakan dirinya sendiri, ia selalu melebih-lebihkan seolah-olah orang yang paling hebat. Ada kalanya ada ungkapan-ungkapan yang kelewatan kalau dalam obrolan sudah menjurus ke arah fitnah. Beberapa kali orang tidak menerima atas sikapnya yang mengumbar omongan sehingga ada orang-orang yang merasa dipermalukan. Bagi orang yang belum mengenal, kata-katanya kedengaran halus dan santun; tetapi bagi yang sudah terbiasa, tahu bahwa akhir dari apa yang dibicarakan Bu Siska merupakan kebohongan dan sering berupa fitnah. Dari kisah ini dengan amat jelas dapat  kita nilai bahwa Ibu siska tidak memiliki kemampuan mengelola lidahnya sehingga banyak hal yang buruk dikatakannya.


Berbeda dengan tetangga Bu Siska yang bernama Pak Satria, ia pribadi yang sungguh baik, berbicara dengan lembut, jelas dan tenang. Pak Satria menjadi pendengar yang baik bagi semua orang. Ia setia mendengarkan orang-orang yang berbicara meski kadang pembicaraannya juga tidak ada isinya. Ia memperhatikan sungguh-sungguh siapapun yang berbicara, dan sesekali ia bertanya yang sekiranya ia sendiri butuh penjelasan. Dengan kepribadian yang demikian orang-orang justru merasa senang bergaul dengan Pak Satria.

Dengan membandingkan kepribadian Bu Siska dan Pak Satria, kita sampai pada kesimpulan bahwa kedewasaan iman seseorang terpancar dalam diri orang yang tenang menghadapi segala sesuatu. Pak Satria lebih bisa mengontrol lidahnya mengingat yang ia katakan ia batasi hal-hal yang sekiranya berguna, atau bermanfaat.


Ibu/Bapak/Saudara/Saudari..

Dalam bacaan pertama hari ini, Santo Yakobus mengingatkan orang-orang agar bisa mengontrol lidahnya dengan baik. Semua murid-murid Yesus hendaknya bisa berbicara dengan baik. Dalam Kitab Suci dikatakan, "tetapi tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan. Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk." Yakobus sadar benar bahwa lidah sering sulit untuk dikuasai. Orang bisa memuji Tuhan dengan lidahnya, tetapi dapat juga sebaliknya menjadikannya sebagai kutuk karena dengan lidah itu orang lain difitnah dan dipersalahkannya. Lidah bisa seperti racun yang mematikan bila tidak dikontrol.


Kepada kita masing-masing marilah selalu berusaha belajar untuk dapat berbicara dengan baik. Kita sadar bahwa mulut kita bisa sungguh-sungguh memberkati sesama kita bila kita pakai dengan baik, dan bisa juga membunuh sesama bila kita sembarang dalam memakainya. Mari kita lakukan yang terbaik dengan lidah yang kita miliki.


Salam kasih dan doa dari saya Rm P. Tri Margana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages