BACAAN:
- Yakobus 5: 9-12 - Hakim telah berdiri di ambang pintu.
- Markus 10:1-12 - Yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia.
TEMA: Jangan saling MEMPERSALAHKAN
Ibu/Bapak/Saudara/Saudari..
Sudah menjadi kecenderungan umum, bahwa orang selalu mencari enaknya. Ketika ada masalah dalam kebersamaan/perkumpulan/komunitas/lingkungan, orang akan lari dari masalah, atau saling mempersalahkan. Akan lebih repot dan runyam, bila orang-orang yang jelas-jelas bersalah, justru mempersalahkan orang lain. Orang lain dituduh atau dijadikan kambing hitam sehingga dirinya atau rencana yang dibuat bisa tetap lancar. Orang lain dijadikan korban/tumbal supaya orang-orang yang memiliki banyak kepentingan bisa selamat. Hal demikian agakanya beraroma kuat dalam banyak kasus di negeri ini. Ada rekayasa-rekayasa yang dibuat supaya yang bersalah tetap aman dengan membuat tuduhan-tuduhan seolah-olah seseorang merupakan pelaku kejahatan, pada hal pelaku kejahatan tetap aman. Orang banyak berpikir bahwa sering muncul skenario yang dibuat agar orang yang bersalah aman, selamat, dan tidak diketahui; dan akhirnya mata menyorot orang yang seolah-olah merupakan pelaku.
Dalam penerapan hidup kita, tentu kita harus memilih berlaku sebagai pribadi beriman yang sejati. Maksudnya, kalau terjadi kesalahan: Bila kita yang bersalah, kita harus berani sungguh-sungguh terus terang atau juga berani mengakuinya. Malu mengakui kesalahan, menghindar, atau bahkan mempersalahkan orang lain sama artinya kita memperpanjang persoalan dan kemungkinan besar justru mengorbankan orang lain.
Karena itu, dalam kesalahan, kita tidak boleh mempersalahkan orang lain, atau melemparkan kesalahan pada yang lain. Siapapun orang, termasuk diri kita, bisa berbuat salah. Hal yang paling baik tentu adalah berani mengakui kesalahan dengan tulus, dan dengan rendah hati menyadari sebagai pengalaman untuk pembelajaran. Pengalaman apapun, termasuk dalam kesalahan, bisa menjadi masukan yang berharga bagi diri kita bila kita mau memetik hikmahnya.
Ibu/Bapak/Saudara/Saudari..
Tentu mengakui kesalahan bukan berarti selesai. Kita juga perlu mengungkapkan dalam sesal dan tobat kita. Artinya semua dibawa dalam Tuhan, diakui dan diterima semua, serta memohon pengampunannya.Tobat tentu harus disempurnakan dalam membangun niat-niat, terlebih yang terkait langsung dengan kesalahan yang sudah dilakukan. Niat untuk tidak mengulangi kesalahan, dan niat untuk berbuat yang lebih baik harus kita lakukan menyusul tobat yang kita buat. Dengan kata lain, pembaharuan harus dibuat dengan cara bersyukur atas segala yang telah Tuhan berikan, termasuk melalui kesalahan yang merupakan cara Tuhan dalam mengingatkan kelemahan dan keterbatasan kita. Dalam kesalahan kita, Tuhan menunjukkan cara-Nya agar kita tidak begitu mudah sombong, angkuh, dan terlalu percaya diri dengan kemampuan diri sendiri, karena nyatanya kita pun mengalami kesalahan juga.
Kita dapat menyimpulkan bahwa mempersalahkan orang lain bukan hanya tidak berguna, tetapi juga merupakan tindakan konyol karena memperlihatkan sebagai orang yang tidak mau belajar dari pengalaman kehidupan. Bila terjadi situasi dimana orang saling mempersalahkan: Menjadi pertanda orang-orang tersebut tidak mau bertanggung jawab dalam hidup bersama; dan masing-masing mau menghindar atau cuci tangan dengan apa yang terjadi.
Dengan saling mempersalahkan, merupakan gambaran di mana pribadi-pribadi yang bersangkutan tidak ada kehendak untuk membangun persahabatan yang tulus; justru sikap permusuhan yang dikedepankan .
Orang yang mudah mempersalahkan orang lain juga menunjukkan bahwa dirinya tidak memiliki hati pengampun. Pribadi yang demikian pasti hatinya jauh dari Tuhan dan tidak mengindahkan perintah Tuhan untuk saling mengampuni.
Ibu/Bapak/Saudara/Saudari..
Dalam bacaan pertama hari ini, Yakobus mengajarkan kepada jemaat untuk tidak mudah bersungut-sungut terhadap orang lain dan mempersalahkan orang lain dengan mudah. Tidak boleh ada alasan apapun untuk merasa benar dan orang lain yang selalu salah. Yakobus mengatakan, "Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu." Yakobus menegaskan bahwa Allah yang adalah hakim yang adil akan menghukum orang-orang yang dengan sombong mengalahkan sesamanya. Sedangkan dalam bacaan Injil, ditegaskan perlunya suami istri menyadari panggilan Tuhan yang mempersatukan. Adanya perceraian biasanya terjadi karena masing-masing merasa benar, saling mencari-cari kesalahan, hingga saling mempersalahkan antara suami dan istri.
Akhirnya bagi kita masing-masing, marilah kita membangun kerukunan dan perdamaian dengan siapa saja. Jika kita memiliki hati tulus, kita akan mudah menerima kekurangan orang lain dan tidak akan mencari-cari masalah apalagi mempersalahkan orang lain karena yang dikedepankan adalah mengampuni dan tetap menjadi saudara..
Salam kasih dan doa dari saya Rm. P. Tri Margana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar