Renungan Harian 18 Februari 2022

Renungan Harian Oleh Romo Petrus Tri Margana, Pr

Audio


BACAAN:

- Yakobus 2:14-24, 26 Sebagaimana tubuh tanpa roh itu mati, demikian pula iman tanpa perbuatan

- Markus 8:34-9:1 Barangsiapa kehilangan nyawa demi Aku dan karena injil, akan menyelamatkan nyawanya


TEMA:  Apa artinya iman tanpa PERBUATAN?


Ibu/Bapak/Saudara/Saudari..

Kalau dirasa-rasakan, frekuensi kegaduhan dalam jejaring sosial semakin sering terkait dengan hal-hal sensitif untuk hidup bersama, lebih-lebih dalam kaitannya dengan penghayatan iman.

Baru-baru ini ada yang membuat pernyataan bahwa wayang dianggap haram. Budaya wayang sudah ada sejak masa lampau, bahkan ketika agama yang membuat statemen belum ada, bagaimana dinilai haram? Orang-orang menilai tidak masuk akal pernyataan yang dibuat itu. Begitu mudah perkataan diucapkan. Persoalannya apakah yang mengucapkannya memiliki tindakan yang baik dalam kebudayaan yang ada? Bagaimana iman orang yang membuat pernyataan itu ketika tidak bisa menghargai apa yang dihidupi oleh banyak orang sebagai seni yang adiluhung? Apakah benar iman yang dihayatinya ketika diwujudkan dalam  yang membuat pernyataan yang menimbulkan kegaduhan, bahkan bisa memancing permusuhan antar kelompok dalam masyarakat?


Baru-baru ini juga ada unggahan berupa pernyataan yang mengatakan Paus Fransiskus sudah meninggalkan imannya. Apa maksud atau motivasi dari si pembuat unggahan itu dengan membuat berita hoax/bohong, berupa fitnah yang bisa melukai umat beriman lain? Apakah si pembuat unggahan tidak beriman? Atau kalau beriman, apakah tidak disadari atas fitnahan yang dibuatnya sebagai tindakan salah/berdosa dalam rupa kebohongan?

Sebelumnya ramai dalam dunia maya di tanah air akan ungkapan provokatif seseorang yang membuang/menendang sesaji, yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama. Bagaimana iman orang yang melakukan itu ketika tidak bisa menghargai umat berkeyakinan lain dan dengan sengaja merendahkan atau melecehkannya? Dengan mengunggahnya di media sosial atas perbuatannya yang merendahkan keyakinan lain, apakah imannya harus diwujudkan demikian?


Ibu/Bapak/Saudara/Saudari..

Iman merupakan penghayatan atas keyakinan pada Tuhan. Kalau disadari bahwa Allah adalah sumber cinta kasih, tentulah iman harus diwujudkan dalam perbuatan kasih. Segala perkataan yang memicu kegaduhan, menimbulkan opini yang buruk, serta menabur bibit permusuhan pasti bukan keluar dari iman yang benar.

Tuhan tidak pernah menghendaki permusuhan pada manusia ciptaannya. Karena pikiran yang tidak dewasa, penghayatan keyakinan yang dangkal, serta memiliki kesombongan rohani atas agamanya, orang justru memusuhi sesamanya.

Karena tafsiran yang keliru atas apa yang tertulis dalam Kitab Suci, orang juga bisa menyalahkan orang lain dan menuduh kafir.

Tuhan menghendaki semua orang diselamatkan. Tidaklah benar pewahyuan Tuhan itu keliru. Yang salah adalah orang yang menafsirkannya serta merasa menjadi pahlawan bila bisa membela Tuhan.


Iman yang benar harus terwujud dalam perbuatan yang benar pula. Perbuatan yang benar pasti adalah perbuatan kasih. Sesama yang dengan keyakinan berbeda tetap harus dihormati dan dihargai. Tata cara yang berbeda dalam mengungkapkan iman tidak boleh menjadi alasan untuk adanya permusuhan.

Membangun kerjasama dengan semua orang untuk kemanusiaan lebih mulia daripada menjelek-jelekkan sesama. Iman harus terwujud dalam upaya-upaya yang memanusiakan manusia sebagai makhluk yang luhur dan mulia di hadapan Tuhan. Dalam penderitaan, sakit, dan kemiskinan harus dicari jalan keluar supaya manusia terbebas dari hal itu.

Iman yang benar hendaknya terwujud dalam  pemberdayaan-pemberdayaan yang mensejahterakan kehidupan bersama, melestarikan lingkungan hidup, dan memajukan pendidikan. Di mana seluruh sektor kehidupan dapat dimajukan, disitu panggilan bagi setiap orang beriman, apapun keyakinannya.


Ibu/Bapak/Saudara/Saudari..

Dalam.bacaan pertama hari ini, Rasul Yakobus mengingatkan kepada seluruh jemaat agar iman yang mereka hayati benar-benar diwujudkan dalam perbuatan mereka. Iman bukan hanya percaya dan doa, tetapi soal perbuatan nyata. Dalam Kitab Suci dikatakan, "Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: “Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?  Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."


Kepada kita masing-masing marilah kita coba masuk ke dalam diri kita bagaimana iman yang kita hayati. Iman kita akan Yesus Kristus harus nyata dalam kasih kita kepada sesama. Di manapun kita berada, kita harus menjadi berkat bagi sesama, lebih-lebih bagi mereka yang tidak memiliki pakaian dan kekurangan makan.


Salam kasih dan doa dari saya Rm. P. Tri Margana


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages