Renungan Harian 8 Februari 2022

 Renungan Harian Oleh Romo Petrus Tri Margana, Pr

BACAAN:

- 1 Raja-Raja - 8: 22-23, 27-30 Engkau telah bersabda, "Nama-Ku akan tinggal disana." Dengarkanlah permohonan umatMu Israel.

- Markus 7:1-13 - Kamu mengabaikan perintah Allah untuk berpegang pada adat-istiadat manusia.


Audio


TEMA: Lestarikan Adat-Istiadat yang  memuliakan Tuhan dan menjunjung tinggi kebaikan.


Ibu/Bapak/Saudara/Saudari..

Di suatu kampung di daerah terpencil, tepatnya di kaki sebuah gunung, hidup masyarakat yang rukun dan damai. Penduduknya hanya sekitar 100 orang. Tempat itu juga sering dipakai untuk KKN. Ada satu kegiatan yang rutin tiap tahun dilakukan masyarakat setempat, yakni pesta syukur kampung, di setiap tahun, sekitar bulan Oktober. Ada rangkaian kegiatan yang biasa terjadi, mulai dari bersih-bersih jalan dan parit, lomba menangkap ikan di embung pinggir kampung oleh seluruh warga, menanam penghijauan di lereng bukit di pinggir kampung, kenduri bersama seluruh warga, dan diakhiri dengan gelar kesenian jathilan atau wayang kulit. Aura sukacita tampak pada seluruh warga. Mahasiswa yang KKN merasa gembira bisa beraktifitas bersama warga. Kegiatan yang bagus itu kemudian dikemas semakin baik sebagai nilai lebih bagi kampung dengan dibentuk sebagai desa wisata. Adat dan kebudayaan diangkat sebagai nilai jual kampung yang dapat meningkatkan kesejahteraan.


Sementara di suatu kampung di lereng gunung Sindoro ada tradisi, di mana warga kampung berlomba membuat balon udara. Hal itu sudah dilakukan selama puluhan tahun. Mereka membentuk kelompok masing-masing untuk membuat balon yang sebaik-baiknya dan dinilai oleh juri yang dipilih oleh warga. Hal itu dilakukan selama sekitar satu minggu. Banyak orang luar yang datang dan turut menonton. Sementara dari tahun ke tahun, peserta semakin banyak yang berpartisipasi. Namun siapa sangka, ternyata ada bahaya akibat dari adat/tradisi itu. Ada keluhan dari pilot-pilot pesawat dengan banyaknya balon udara yang terbang. Hal itu membahayakan bagi pesawat yang berlalu lintas di situ. Melalui koordinasi bersama antara warga, pihak pemerintah kecamatan, kepolisian, acara tersebut dibubarkan, dan ditiadakan untuk tahun-tahun selanjutnya. Kegiatan yang diperkirakan sudah ada sejak pasca kemerdekaan itu ditiadakan karena membahayakan keselamatan.


Ibu/Bapak/Saudara/Saudari..

Adat-istiadat bertumbuh bersama perjalanan waktu. Ketika awal-awal terbentuk, bisa jadi memang dimaksudkan untuk hal-hal baik. Namun jika dalam perjalanan waktu tidak relevan, membahayakan, atau menjauhkan diri dengan Tuhan, perlu dihilangkan, atau disesuaikan/dimodifikasi agar semakin baik dan bermanfaat bagi orang-orang pada jaman sekarang. 

Tradisi merti desa, wiwit (bersyukur pada Tuhan atas hasil panenan yang telah dianugerahkan-Nya), nyadran (bersih-bersih makam dan mendoakan jiwa-jiwa), dsb. Tradisi menyucikan diri dan mendekatkan diri dengan Tuhan pada bulan Suro dapat dilestarikan, dengan terus memberikan pemahaman yang benar. 

Kepada orang-orang yang anti dengan adat, tradisi, atau kebudayaan lokal sambil mengatakan tidak sesuai dengan ajaran KS kiranya tidaklah tepat. Maksud dan tindakan baik yang bertumbuh dalam hati masyarakat harus dilestarikan, syukur dapat menjadi basis untuk pengembangan warga.


Apapun adat-istiadat, kebiasaan, atau tradisi, selama membawa kita semakin dekat dengan Tuhan pastilah harus dipertahankan. Harus pula dipahami bahwa di wilayah nusantara ini ada berbagai agama, aliran kepercayaan dan keyakinan. Dalam menghayati agama serta mengungkapkan keyakinan akan Tuhan Pun juga berbeda-beda. Masing-masing agama/keyakinan/aliran kepercayaan juga memiliki tradisi dan adat istiadat yang berbeda.  Dalam hal ini, tiap orang perlu memiliki toleransi serta penghargaan yang tinggi dengan umat berkeyakinan lain. Sikap merasa diri paling benar dan menyalahkan yang lain tentu harus dihindarkan. Untuk adat-istiadat yang dipandang tidak selaras dengan kehendak Tuhan, membawa permusuhan, merendahkan martabat manusia, dan tidak memberi pendidikan ke arah kebaikan mmg harus ditinggalkan.


Ibu/Bapak/Saudara/Saudari..

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus dengan amat keras mengingatkan kepada orang-orang Farisi yang tidak bijaksana dalam menyikapi adat-istiadat. Mereka menjunjung tinggi adat-istiadat, tetapi melupakan perintah Tuhan. Hal itu tidak semestinya mereka lakukan. Apapun kebiasaan jika smp melupakan Tuhan pasti tidak bisa dibenarkan. Dalam KS dikatakan, "Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." Adat-istiadat hendaknya ditempatkan dalam rangka menghormati/memuji Tuhan. Adat merupakan kebiasan yang lama dilakukan manusia. Sebagai manusia yang adalah ciptaan Allah, hendaknya melakukan kebiasaan yang juga sesuai dengan kehendak Allah. Hal-hal yang tidak selaras dengan kehendak-Nya, harus diambil sikap tegas dengan meninggalkannya; dan hal-hal hal oleh karenanya nama Tuhan semakin dimuliakan harus dipegang teguh, dan tetap dipertahankan.


Kepada kita masing-masing, marilah kita lihat sikap kita masing-masing bagaimana kita melakukan apa yang menjadi kebiasaan bersama dengan masyarakat. Merupakan keharusan bagi kita selalu mendahulukan Tuhan di atas segalanya. Kita juga harus selalu waspada agar kita tidak membuat kebiasaan tersendiri yang dapat menciptakan adat-kebiasaan yang tidak berfaedah untuk keselamatan jiwa.


Salam kasih dan dia dari saya Rm. P. Tri Margana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages