Renungan Harian 5 Februari 2022

Renungan Harian oleh Romo Petrus Tri Margana, Pr


BACAAN:

- 1 Raja-Raja 3:4-13 - Salomo memohon hati yang bijaksana, agar sanggup memerintah umat Allah.

- Markus 6:30-34 - Mereka itu bagaikan domba-domba tak bergembala.


Audio

TEMA: Bukan Mengagungkan Harta dan Kekuasaan, Melainkan KEBIJAKSANAAN

Ibu/Bapak/Saudara-Saudari,

Prioritas hidup orang bisa berbeda-beda. Semua tergantung latar belakang, pandangan hidup serta keyakinannya. Ada orang yang melihat harta dunia di atas segalanya. Hidup baginya membahagiakan bila memiliki banyak uang, dan bisa memenuhi apa saja yang diinginkan. Sebaliknya, jika keadaan ekonomi sedang mepet, penghasilan menurun, atau banyak kepentingan yang mengharuskan mengumpulkan iuran/setoran, orang ini benar-benar merasa susah. Jika tidak ada uang, tak berdaya apa-apa.

Ada juga orang yang mengagungkan kekuatan dan kekuasaan. Ia merasa bangga bila orang-orang memuji-muji kehebatannya, ia bangga bila selalu juara, ia bangga bila dipercaya sebagai pemimpin dan bisa mengatur orang lain. 

Ada orang yang menomorsatukan hidup rohani. Puasa dan mati raga luar biasa dilakukan. Ketekunan dalam doa tidak ada yang meragukan. Orang ini memiliki waktu lebih banyak dalam doa dibandingkan dengan orang-orang lainnya.


Namun ada juga orang yang lebih memikirkan keseimbangan dalam kesemuanya yang yang dijalani. Orang ini sadar bahwa harta dunia itu sangat dibutuhkan. Namun ia sadar bahwa semua harus dipergunakan sebagaimana mestinya. Harta dunia tetap dilihat sebagai sarana untuk menggapai nilai lain yang lebih luhur, suci dan mulia. Ia bekerja sungguh-sungguh serta mengucap syukur untuk berapapun rezeki yang diterimanya.

Orang ini juga sadar bahwa kekuatan itu dibutuhkan untuk membantu banyak orang. Kekuasaan yang dilaksanakan dengan baik akan memberkati banyak orang karena dapat menciptakan kesejahteraan bersama. Kekuasaan diyakini sebagai panggilan dari Tuhan untuk melayani sesama dan mengabdi Tuhan. 

Orang ini juga penuh iman serta percaya bahwa Tuhan adalah penyelenggara seluruh kehidupan. Memuji dan memuliakan nama Tuhan memang yang utama, namun demikian tidak akan mengabaikan sarana-sarana yang perlu untuk kelayakan hidup sebagai manusia di dunia, baik sebagai pribadi maupun makhluk sosial.


Ibu/Bapak/Saudara-Saudari,

Hidup orang yang memikirkan keseimbangan dalam segalanya itu dapat disebut sebagai bijaksana. Orang bijaksana tidak ekstrim dalam pemikiran dan sikap karena ia mempertimbangkan semua dari sisi baik buruk, kemanfaatan, dan bagaimana sebaiknya dihadapan Tuhan. Dia bukan hanya memikirkan dirinya sendiri, tetap orang lain selalu menjadi pertimbangan.

Orang bijaksana akan selalu berusaha mencari solusi atas masalah-masalah  dengan menjunjung tinggi kebenaran, dengan tidak meninggalkan nilai-nilai kemanusian. Orang kecil dan menderita selalu dibela selalu menjadi perhatian dan kasih orang-orang bijaksana, karena mereka menjadi bagian dari perutusan Tuhan untuk diperhatikan. Dalam kesemuanya, orang bijaksana berusaha tulus ikhlas melakukan segalanya, dan gembira menjalani semuanya. Hidup yang bersemangat, sukacita, dan penuh penyerahan kepada Tuhan tampak dalam dirinya.


Kita semua pasti harus belajar untuk dapat menjadi bijaksana. Sebagai murid-murid Tuhan, kita tidak boleh merasa puas dengan kemajuan yang sudah kita dapatkan. Kehendak untuk terus belajar, serta menemukan cara-cara agar semakin memberkati sesama harus terus-menerus kita lakukan. Siapa yang hidupnya bijaksana: 

Dia tidak akan pernah lupa pada jalan hidupnya. Memuliakan nama Tuhan selalu menjadi tujuan terutama dalam hidupnya.

Selalu bersyukur atas segala yang terjadi dalam hidup ini karena percaya bahwa melalui segala peristiwa kehidupan Tuhan punya rencana yang terbaik bagi setiap orang.

Orang bijaksana akan selalu belajar dari membaca sehingga menambah wawasan, dan selalu mau bergaul dengan sebanyak mungkin orang agar memiliki banyak pengalaman. Berbagai pengalaman yang dijumpai dengan dibantu banyak tulisan-tulisan bijak akan membuat orang semakin bijaksana.


Ibu/Bapak/Saudara-Saudari,

Dalam Kitab Perjanjian Lama kita dapat temukan contoh pribadi yang terkenal dalam hal kebijaksanaannya, yakni Salomo. Ia adalah anak Daud. Sebagai raja, dia benar-benar ingin melayani Tuhan dan rakyatnya. Dia tidak mengutamakan kekuatan pasukan, kekayaan kerajaan, besarnya tanah kekuasaan, melainkan ingin memerintah dengan bijaksana. Itulah mengapa di hadapan Tuhan, ia hanya memohon kebijaksanaan, tiada yang lain. Pada waktu ia mempersembahkan korban kepada Tuhan di Gibeon, Tuhan menampakkan diri kepadanya dalam mimpi.  Dalam KS dikatakan, "Di Gibeon itu TUHAN menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi pada waktu malam. Berfirmanlah Allah: “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu.” Lalu Salomo berkata: “Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?” Jadi berfirmanlah Allah kepadanya: “Oleh karena engkau telah meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum, maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu.”


Kepada kita, marilah kita belajar dari Salomo, yang tidak meminta banyak hal kepada Tuhan, selain memohon kebijaksanaan. Semoga hidup kita semakin menjadi berkat bagi sesama dan memuliakan nama Tuhan dengan kebijaksanaan yang terus kita pelajari.


Salam kasih dan doa dari saya Rm. P. Tri Margana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages