Renungan Harian 6 Februari

Renungan harian oleh Romo Petrus Tri Margana, Pr

BACAAN:

- Yesaya 6:1-2a, 3-8 - Inilah Aku, utuslah Aku.

- 1 Korintus 15:1-11 - Begitulah kami mengajar, begitu pulalah kami mengimani.

- Lukas 5:1-11 - Markus meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.


Audio


TEMA: Apa Yang Kami Ajarkan, Itu Juga Yang Kami IMANI


Ibu/Bapak/Saudara/Saudari,

Mengajar sebenarnya bukan hanya sekedar transfer ilmu, namun membuat pembiasaan baik. Hal itu berarti orang yang mengajar sudah memiliki pembiasaan baik yang dilakukan, lalu berusaha membiasakan hal-hal baik pada orang lain, misalnya anak didik. Jika anak didik dalam pelajaran diberi soal-soal, sesungguhnya yang paling penting bagaimana anak didik terbiasa menghadapi soal-soal dan terbiasa memecahkannya. Untuk itu anak didik dibiasakan membaca banyak materi pelajaran dan  dari berbagai sumber. Dengan sering membaca soal dan sering mengerjakannya, anak-anak akan terbiasa menjawab dengan benar dan makin paham bagaimana sebaiknya jalan terbaik untuk mengatasinya. Dalam hal-hal lain pun harus diyakini bahwa melalui pembiasaan-pembiasaan yang baik, akan ada perubahan yang semakin baik untuk semua hal yang dilakukan.


Karena itu, seorang guru/pengajar/pendidik mesti membiasakan diri terlebih dahulu hal-hal yang diajarkan. Dengan mengalami sendiri, orang akan bisa menguasai, dengan menguasai, orang akhirnya bisa menularkan kepada orang lain. Pertanyaan/soal-soal yang diberikan kepada orang lain tentu harus berangkat dari apa yang sudah biasa dipecahkannya sendiri hingga tau/mengerti, dan terampil mengerjakannya.  Jika dalam pengalamannya mengerjakan soal-soal, guru/pengajar/pendidik mengalami kesulitan, harus terus mencoba sampai hafal langkah-langkah penyelesaiannya, supaya tidak ada kesulitan waktu mengajarkannya kepada orang lain. Apalagi, bila ditanya pada dirinya tentang hal, ia akan lancar untuk menerangkannya kepada orang lain. Apa yang dimengerti dan dikuasai, itulah juga yang diajarkan kepada orang lain.


Ibu/Bapak/Saudara/Saudari,

Dalam istilah Jawa ada ungkapan berupa keroto boso Guru itu digugu dan ditiru. Maksud dari ungkapan itu adalah pengajar itu suaranya didengarkan, dan perbuatannya dijadikan teladan. Ungkapan itu mengandung makna yang sangat dalam, sekaligus petuah bagi orang-orang yang mengalaminya. 

Digugu, berarti diyakini benar apa yang dikatakan sehingga  orang-orang lain yang melihat akan turut serta. Jika kita mengatakan perlu saling menolong dalam hidup bersama dengan tetangga, orang yang mendengarkan juga akan melakukan yang sama. Semua hal yang menjadi pengajaran baik akan dilakukan sebagaimana seharusnya.

Ditiru, berarti  apa yang dilakukan diikuti oleh orang lain.  Ketika guru rajin membuat catatan-catatan, siswa yang meniru akan juga melakukan yang sama, membuat catatan-catatan yang banyak.  Jika orang tua menjadi pekerja keras dan pantang menyerah dalam kesulitan, anak-anak yang meniru juga akan melakukan yang sama.


Bagi kita semua murid-murid Tuhan, sebaiknya juga terus-menerus belajar untuk tidak omong doang. Banyak orang bisa omong baik, namun tidak melakukannya. Itu merupakan kemunafikan. Apa yang kita katakan, apalagi ajarkan, hendaknya kita sendiri sudah mengupayakan untuk melakukan pula, meskipun tak selalu sempurna. Dengan demikian kita benar-benar memberi kesaksian, yakni pengalaman kita yang kita bagikan, bukan hanya yang kita dengarkan atau berdasar cerita orang. Kita benar-benar merasakan betapa besarnya, baiknya, dalamnya kasih Kristus pada kita, itu yang kita wartakan. Setiap hari, Tuhan selalu memberkati kita sehingga kita boleh menemukan banyak makna/nilai/pesan dalam aneka peristiwa yang kita alami. Kita bersyukur atas kesehatan kita, dan tetap diberi kesempatan untuk berkarya dengan apa yang kita jalani. Semua itu berkat anugerah Tuhan, dan itulah yang kita wartakan. Terutama, kita wartakan betapa kasih Yesus luar biasa yang selalu mengundang kita untuk diberi penebusan, dan memberi janji untuk agar di mana Dia berada kita pun berada.


Ibu/Bapak/Saudara/Saudari,

Dalam bacaan kedua hari ini, dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Paulus menegaskan akan kebangkitan Kristus. Kepada jemaat Paulus mengatakan yang dialaminya dalam Kristus. Ia mengajar berdasar dari apa yang ia terima dari Kristus, bukan hanya dari dirinya sendiri. Dalam keyakinannya ia mengatakan, "Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci. Berita sukacita yang Paulus tekankan bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bhw Ia telah dibangkitkan pada hari ketiga. Setiap orang yang berpegang pada Kristus, akan diselamatkan.


Kepada kita masing-masing marilah kita hayati iman kita akan Kristus yang sungguh mengasihi kita. Siapapun yang menyatakan tobat, Kristus selalu berkenan mengampuni dosa. Maka marilah kita teguh berpegang padaNya. 


Salam kasih dan doa dari saya Rm. P. Tri Margana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages