Renungan Harian 9 Februari 2022

 Renungan Harian Oleh Romo Petrus Tri Margana, Pr


BACAAN:

- 1 Raja-Raja - 10: 1-10 - Ratu Syeba melihat segala hikmat Salomo.

- Markus 7: 14-23 - Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskan


Audio



TEMA: Menjaga HATI sumber kebaikan dan kenajisan.


Ibu/Bapak/Saudara/Saudari,

Jati diri manusia lebih banyak tergantung pada hatinya. Dari hati akan mengalir energi ke dalam pikiran, ke dalam mulut, hingga ke dalam tindakan, dsb. Hal-hal baik atau hal-hal buruk bisa dimulai dari hati.

Berangkat dari hati, orang akan memiliki belas kasih pada sesama yang kekurangan,  memberi hiburan kepada orang yang berduka, mengunjungi orang yang sakit, serta memberi makan yang sedang kelaparan. 

Namun berangkat dari hati juga, orang dapat membenci orang lain, memfitnah orang yang tidak bersalah, meninggalkan tanggung jawab pada keluarga karena berlaku serong pada orang lain, mangkir dari pekerjaan karena menuruti kesenangan, dll. 

Dengan demikian, dari hati orang dapat melakukan banyak kebaikan; tetapi juga mulai dari hati banyak kejahatan bisa terjadi.  Kemampuan orang mengelola hatinya yang menentukan ke arah mana motif tindakannya. Orang menjadi baik itu karena mampu merawat hatinya  hingga tetap baik, sebaliknya orang jahat pasti disebabkan tidak mampu menjaga hatinya hingga akhirnya bertindak jahat.


Bapak Rudi, seorang pensiunan pegawai BUMN, memilih kembali ke kampungnya tinggal di desa. Orang-orang sekampungnya sangat mengenal dia, karena tiap lebaran juga pulang. Dia sangat ramah kepada semua warga karena ketika pulang banyak berkunjung ke tetangga sekitar rumah untuk sekedar ngobrol bersama. Dia juga murah hati, dan hal itu dibuktikan selalu membagi bingkisan warga sekitar setiap kali pulang. Di sàat mendengar ada orang yang sakit, pasti ia cepat-cepat berkunjung, dan pasti membawakan barang-barang kebutuhan  keluarga, seperti beras, minyak, bumbu, gula/teh/kopi, dll. Dia juga banyak bertanya kepada orang-orang tua apakah anak-anaknya butuh pekerjaan. Banyak relasi Pak Rudi yang bekerja di perusahaan, maka ia biasa membantu anak-anak muda yang sedang mencari kerja. Di rumahnya sendiri yang cukup luas, Pak Rudi sering mengumpulkan ibu-ibu untuk membuat pelatihan membuat barang-barang olahan atau ketrampilan tangan dengan mengundang pelatih khusus untuk maksud agar ibu-ibu bisa mempraktekkan di rumah untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Itulah mengapa orang-orang bilang Pak Rudi jiwa sosialnya tinggi.


Ibu/Bapak/Saudara/Saudari..

Berbeda dengan Ibu Sastro yang juga tinggal satu kampung dengan Pak Rudi. Atas kebaikan hati dan kedermawanan Pak Rudi, rupanya Ibu Sastro tidak terlalu suka. Bu Sastro sering dalam pembicaraan dengan orang lain merasa curiga jangan-jangan Pak Rudi melakukan korupsi di tempat kerjanya. Ia juga mengatakan bahwa Pak Rudi berbuat baik dengan pamrih, supaya bisa waktu pemilihan kepala desa orang-orang memilih dia. Bu Sastro sering khasak-khusuk membicarakan Pak Rudi dengan tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Bu Sastro sendiri bekerja berjualan barang-barang kelontong di pasar. Ia banyak meminjamkan uang pada orang-orang yang membutuhkan dengan bunga yang tinggi. Orang-orang tahu itu, namun karena mereka membutuhkan uang, selalu saja ada orang-orang yang meminjam uang pada-nya. Sementara dalam percakapan orang-orang, mereka omong bahwa Bu Sastro memakai susuk pelarisan sehingga akhirnya orang akan mudah tergoda hingga akhirnya meminjam uang ke dia. Beberapa orang yang tidak bisa mengembalikan uang pinjamannya, Bu Sastro minta supaya menjual tanah kepadanya.


Pak Rudi dan Bu Sastro merupakan contoh orang yang menjaga hatinya tetap baik dan orang yang kurang dalam mengelola hatinya sehingga hatinya lalu penuh fitnah dan dengki. Yang pertama Pak Rudi orang yang bisa menjaga hatinya, sementara bu Sastro memakai hatinya tidak untuk kebaikan. Tentu baik kiranya kita membuat disposisi pada diri kita. Bagaimana kita dapat menjaga hati kita supaya tetap baik, lurus, penuh syukur dan sukacita, seperti yang dilakukan Bapak Rudi. 

Kita perlu selalu sadar diri bahwa kita adalah murid-murid Tuhan yang dipanggil untuk menjadi penyalur kebaikan. Lewat kesaksian hidup sehari-hari, Tuhan ingin agar kita mewartakan kasih dan kebaikan Tuhan  kepada orang-orang di sekitar kita.

Cara yang paling tepat dalam bersaksi pasti dalam membangun relasi yang tulus untuk siapapun dan dengan siapapun, bukan dengan pamrih. Justru dalam kebersamaan yang semakin dekat, dilakukan upaya  kerjasama dan gotong royong, peningkatan kesejahteraan, dan semakin peduli atas kesulitan dan penderitaan orang lain.


Ibu/bapak/saudara/saudari..

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menyampaikan kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tentang hal-hal yang najis dan tidak. Dengan jelas Yesus mengatakan apa yang masuk ke mulut tidak ada yang najis. Justru yang keluar dari mulut itu yang bisa menajiskan orang, maka perlu hati-hati. Yang keluar dari mulut seringkali itu berasal dari hati orang. Maka dikatakan dalam KS, "Kata-Nya lagi: “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan,  perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. 

Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." Tersirat dari apa yang dikatakan oleh Yesus bahwa dari hati orang bisa timbul banyak kejahatan. Hal itu tentu mengingatkan agar kita hendaknya menjaga hati agar tidak menjadi sumber kejahatan.


Akhirnya sebagai anak-anak Tuhan, marilah kita selalu berusaha hidup dalam sukacita Injil. Kita berusaha menjaga hati agar tetap gembira bersama siapa saja, dan lebih bergembira jika mampu memberkati sesama.


Salam kasih dan doa dari saya Rm. P. Tri Margana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages