Renungan Harian 17 Februari 2022

Renungan Harian Oleh Romo Petrus Tri Margana, Pr


BACAAN:

- Yakobus 2:1-9 - Bukankah Allah memilih orang-orang miskin. Tetapi kalian telah menghina orang miskin.

- Markus 8:27-33 - Engkaulah Kristus...Anak Manusia harus menderita banyak.

Audio


TEMA: Siap BERKORBAN demi iman


Ibu/Bapak/Saudara/Saudari..

Mungkinkah iman tanpa pengorbanan? Jawabnya pasti tidak. Iman merupakan  tanggapan cinta kasih kepada Tuhan yang sangat mencintai manusia. Untuk itu, bagi Tuhan orang harus selalu siap berkorban. Sebagaimana untuk orang yang kita cintai kita siap melakukan segala sesuatu, apalagi bagi Tuhan. Bagi Tuhan, apapun kita persembahkan. Bukan hanya dalam wujud harta benda yang kita bawa menghadap Dia, tetapi juga segala jerih lelah, derma, serta doa. Lebih dari itu, kita pun siap mempersembahkan seluruh hidup, termasuk jiwa kita bila Tuhan menginginkannya. Bagi Tuhan, semua kita lakukan itu semestinya menjadi bagian yang sungguh-sungguh adalah cara menghormati Dia. Kita telah menerima banyak dari Tuhan, bahkan segala sesuatu yang ada pada kita, maka bagi-Nya semua kita rela. Dengan pikiran, hati, budi, jiwa serta segenap kekuatan kita, semua kita pakai untuk kemuliaan dan keluhuran nama-Nya.


Cinta yang sempurna terwujud dalam pengorbanannya. Untuk melihat sebesar apa cinta seseorang, lihatlah seperti apa kesediaannya untuk berkorban.

Ada seorang ibu yang sedang hamil, namun ada gangguan kesehatan pada dirinya. Stlh tim dokter melihat keadaannya, disimpulkan bahwa hanya satu yang bisa diselamatkan, apakah ibu atau janin di dalam kandungannya. Setelah keluarga dan ibu itu diberi tahu kondisi yang sebenarnya, ibu yang mengandung itu mengatakan kepada dokter bahwa ia ikhlas dan akan lebih senang jika anaknya selamat daripada dirinya. Ia bahagia bila anaknya lahir dengan baik, sehat dan selamat, meski dirinya tidak tertolong. Dan akhirnya benar, setelah melalui penanganan operasi, anak lahir dengan selamat dan ibu itu tidak tertolong. Cinta kasih ibu itu dibuktikan dalam pengorbanan dirinya yang rela kehilangan nyawanya agar anaknya selamat dan menghirup udara di dunia. 


Ibu/Bapak/Saudara/Saudari..

Ada seorang ibu memiliki dua anak, laki-laki dan perempuan. Suaminya tidak bertanggung jawab atas perkawinannya, maka ia pergi begitu saja bertahun-tahun tidak ada kabar berita. Karena itu, si ibu itu bekerja untuk menghidupi kedua anaknya. Ketika ibu itu bekerja mencuci dan membersihkan baju di beberapa rumah tetangga, anak-anaknya yang masih kecil dititipkan kepada ibunya yang sudah tua. Namun ketika anak-anak makin besar dan butuh biaya, ibu itu memuliakan menjadi TKI demi agar anak-anaknya dapat sekolah hingga selesai. Selama bekerja sebagai TKI, ternyata ia mengalami sakit, namun tetap ditahan selama bekerja. Hingga beberapa tahun kemudian ia tidak kuat menghadapi sakitnya. Namun pada suatu saat, ia benar-benar tidak kuasa menahan dan oleh majikannya ia dikirim pulang ke negara asal. Sampai di Indonesia ia sudah dalam kondisi yang sangat lemah. Beberapa hari setelah dirawat, akhirnya ibu itu menghembuskan nafas terakhirnya.  Demi keluarga, ibu itu rela mengorbankan hidupnya.


Jika kita ingin menyempurnakan iman kita, kita juga harus rela berkorban demi kebaikan siapa saja. Iman harus terwujud dalam tindakan kita, terutama dalam kesediaan kita untuk berkorban, entah dalam wujud apa saja, atau sebesar apa.

Dalam keluarga, pekerjaan kita sebagai orang tua untuk anak-anak, jika kita lakukan dengan ketulusan, tanpa mengeluh, agar anak-anak berhasil, adalah pengorbanan yang terus-menerus dapat dilakukan. 

Dalam pelayanan di gereja, kita bisa ambil bagian apa saja sesuai dengan kemampuan kita. Menjadi koster, turut membersihkan gereja setiap hari, mengirim komuni orang sakit, menjadi pengurus, merupakan pengorbanan nyata yang dapat kita lakukan.

Dalam masyarakat, kita bisa ikut terlibat dalam kegiatan atau menjadi penggerak, dengan memberi nilai lebih melalui hal-hal yang kita lakukan lebih banyak dibanding yang lain.  Kita membawa snack/minum meski tidak diminta, kita paling belakangan bila memang ada pekerjaan yang masih banyak harus dilakukan. 


Ibu/Bapak/Saudara/Saudari..

Dalam bacaan hari ini, diwartakan kepada kita akan nubuat Yesus tentang dirinya sebagai Anak Manusia. Yesus memang akan berkorban bagi semua murid-muridNya agar semua yang mengikuti Dia diselamatkan olehNya. Dalam Kitab Suci dikatakan, "Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari."  Yesus rela mengorbankan diriNya agar semua manusia diselamatkan olehNya. Ia tidak menghindar dari kesulitan, tidak melarikan diri dari bahaya, dan Ia rela melakukan semuanya agar anak-anak Bapa di surga kembali ke surga dengan diselamatkan olehNya. Jadi Yesus menampakkan wajah Allah yang Maharahim, dengan mencintai dan menyelamatkannya. Pengorbanan yang dilakukan itu menjadi  bagian dari karya penyelamatan.


Kepada kita masing-masing marilah kita belajar untuk rela berkorban dalam hidup kita di sepanjang jalan yang kita lalui. Kita lakukan yang kecil dan sederhana dengan penuh cinta, terlebih kepada orang-orang kecil, miskin dan menderita. Pengorbanan yang tulus kita lakukan merupakan persembahan yang terbaik dari kita untuk Tuhan.


Salam kasih dan doa dari saya Rm. P. Tri Margana


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages